Rabu, 14 Agustus 2013

Senyummu Senyumnya

Aku merindukanmu, sangat sangat merindukanmu. Andai waktu dapat berputar kembali kuingin mengulang masa-masa indah kita dulu. Kutahu semua itu tak mungkin, tapi aku amat merindukanmu. Bayanganmu mulai redup, wajahmupun tak nampak dalam mimpi malamku. Jika aku boleh memilih aku ingin ikut bersamamu. Tapi, aku sadar aku tak hidup sendiri aku masih mempunyai keluarga yang menyayangiku serta sahabat-sahabatku.
“Na, makan dulu sudah seharian kamu belum makan” ucap ibuku lembut sembari menghampiriku dan menyentuh bahuku. Aku tersenyum menatap wajahnya, kuangkat tubuhku dari atas ranjang. Memang seharian ini aku tak keluar kamar sama sekali.
“Bu, Ria sama beby belum datang?” aku menanyakan kedua sahabatku pada ibu, biasanya mereka datang ke rumah tiap hari.
“belum, mungkin sebentar lagi” jawabnya sambil memberikan sepiring nasi goreng padaku. Aku mengangguk paham dan tersenyum pada ibu. Kemudian Ibu berlalu dibalik pintu dapur.
Kuhabiskan nasi goreng yang dibuatkan ibu, jujur aku memang sangat lapar. Sehabis makan aku menuju ruang tengah menunggu Ria dan Beby. Aku berhenti di depan sebuah foto berukuran 10R yang dipajang lanscape di dinding ruang tengah. Aku tersenyum bahagia melihat foto itu, kutunjuk satu persatu siapa saja yang ada di dalam foto. Foto ini diambil saat kami liburan sekolah 1 tahun silam. Bima, Ria, Beby, Dino, aku dan _ Rama _ ya saat itu kami sedang berlibur di pantai. Tentunya saat itu kebahagiaanku masih utuh karena ada Rama kekasihku, kini hanya kenangan-kenangan indah yang tersisa. Aku sepenuhnya merelekan kepergiannya karena aku yakin ini memang sudah takdir sang pencipta. Rama meninggalkan kami semua karena kecelakaan maut yang merenggut dia dan keluarganya. Padahal saat itu kami akan melaksanakan ujian nasional tingkat SMA.
“Dyana…!” teriak beby dari halaman rumahku, sedangkan Ria masih memarkir sepada motornya. Akupun berjalan menuju teras rumah.
“jreng… jreng… liat?” beby menunjukan poster untuk pertunjukan Drama Musical di kampus kami. “bagus kan?” Ria meminta pujian dariku. Mereka bedua memang ditugaskan untuk bagian promosi, mulai dari poster dan undangan mereka yang mengurusnya. Sedangkan aku mendapat bagian mengurus dekorasi panggung.
Aku mengamati poster buatan mereka, beby nampak tegang menunggu komentarku. Memang kami sama-sama kuliah jurusan design tapi menurut mereka pengamatan designku lebih baik dari mereka.
“Bagus kok” ucapku. Ria dan beby tampak senang dengan ucapanku.
“makasih Dyana” ucap Ria, mereka langsung memelukku.
“hoy.. hoy.. lepasin. Gak bisa nafas!” teriakku. Mereka malah tertawa.
Aku, Ria dan Beby kuliah di kampus yang sama, sedangkan Bima dan Dino kuliah di luar Kota. Jadi kita bertiga seperti Trio Cejo (Cewek Jomblo), ya meskipun Ria dan Beby harus Long Relation dengan cowoknya, tetapi mereka berdua Setia. Aku harap hubungan sahabat-sahabatku akan selalu abadi.
Pertunjukan Drama Musical memang masih 3 hari lagi tapi kami para panitia mulai bersiap-siap mempersiapkan semuanya.
“Na, tolong kamu kamu ambilin beberapa poperty yang masih di ruang rapat” pinta Noy, dia adalah ketua panitia Pertunjukan Drama Musical.
“iya” akupun bergegas menuju ruang rapat. Ada 4 kardus besar berisi barang poperty yang harus dibawa ke panggung tapi aku tak mungkin membawanya sekaligus, ini terlalu banyak.
“gak kurang banyak nieh!” pekikku
“mau aku bantu?” tanya seorang cowok yang tiba-tiba muncul di belakangku. Ternyata Arjuna, dia menawarkan diri untuk membantuku.
“Nggak usah, aku bisa sendiri” jawabku tegas walapun ucapanku berbeda dengan keadaan yang terlihat, Arjuna langsung mengambil kardus-kardus tersebut tanpa bicara lebih lanjut dan hanya menyisakan satu kardus untukku.
“Heeeiii…” protesku
Arjuna tak menggubris ucapanku, dia malah berjalan cepat menuju panggung. Akupun hanya mengikutinya.
“aku kan sudah bilang aku bisa sendiri kok”
Arjuna hanya diam sambil menata kardus-kardus tersebut di atas panggung. Lalu Arjuna menatapku dingin. Aku terkejut dengan tatapannya, akupun terdiam.
“terima kasih kembali” ucap arjuna, kemudian pergi. Aneh.
“hoy.. terimakasih!” teriakku kemudian.
Setelah persiapan untuk Pertunjukan hampir selesai, sekarang tinggal menunggu hari H-nya, ya walapun belum selesai semuanya.
Kegiatan favoritku setelah pulang dari kampus adalah mampir ke Toko Buku dekat rumahku.
“Life is Miracels… Life is Miracels…” gumamku sambil menjelajahi rak buku.
Ini dia!
Saat aku hendak mengambil buku tersebut, ada satu tangan lagi yang secara bersamaan yang juga ingin mengambilnya. Seperti adegan dalam film-film saja. Akupun menoleh pemilik tangan tersebut.
“Arjuna” Pekikku dengan nada kecil
“seperti melihat hantu saja” komentar arjuna sambil tersenyum, tetapi dia masih tak melepaskan tangannya dari buku tersebut.
“kamu kok disini?” tanyaku bingung
“memangnya tak boleh? Inikan tempat umum”
“bukan begitu! Maksudku…”
“kenapa kok Toko buku ini, kamu gak nyadar rumah kita kan satu komplek” potong arjuna sebelum aku melanjutkan ucapanku. Akupun hanya tersenyum.
“tapi bisa gak lepasin bukunya?” pintaku
“ini?” arjuna sepertinya menimbang-nimbang ucapanku
“please” pintaku lagi. Akhirnya dia melepaskan bukunya.
“Thanks” akupun tersenyum pada arjuna dan langsung menuju ke kasir.
Ketika aku keluar dari toko buku, ternyata arjuna masih ada.
“mau aku antarin pulang?” tanyanya
“gak usah deh” tolakku halus
“Okey” dia mengangkat bahunya dan tersenyum.
Akupun berlalu meninggalkan arjuna.
Manis. Ternyata Arjuna kalau tersenyum tambah manis dan Cool. Oh my God ada apa denganku, kenapa aku terus-terusan teringat dengan Arjuna.
“Rama, kenapa akhir-akhir ini bayanganmu mulai hilang. Padahal aku tak ingin kehilangan semua tentangmu” aku menarik nafas dalam-dalam, menahan air mataku. “Apakah kamu disana masih mengingatku?” air mataku tak dapat kutahan “kenapa sosok Arjuna mulai hadir dalam fikiranku, kenapa denganku?” kutatap foto Rama, dia masih tersenyum padaku.
“Rama, bolehkah aku mencintai orang lain selain kamu?” sungguh pertanyaan yang konyol, fikiranku mulai kacau.
Sehari sebelum Pertunjukan Drama Musical, Aku Ria dan Beby hang out ke cafe.
“kamu lagi mikirin apa sih Na?” tanya Ria tiba-tiba, Beby ikutan mengamatiku
“enggak ada kok, perasaan kamu aja kali” elakku
“Na, kita udah kenal kamu lama, ada apa ngaku?” kali ini beby yang angkat bicara
Aku tak dapat mengelak dari sahabat-sahabatku, mereka sudah tau tentangku karena dari kecil kami selalu bersama.
“salah-kah aku me-nyukai orang lain?” ucapku gugup. Ria dan beby saling berpandangan, sejurus kemudian mereka Tersenyum.
“kamu lagi suka sama seseorang?” terka Beby
“Siapa Na?” timpal Ria. Aku hanya terdiam
“Na, siapa yang ngelarang kamu suka sama orang lain, gak ada. Apa kamu masih tak sanggup melepaskan Rama, aku yakin Rama pasti ngerti_ mungkin ini saatnya kamu membuka hatimu” lanjut Ria. Beby mengangguk meng-iyakan ucapan Ria.
“karena selamanya Rama akan selalu di hatimu, tak akan kemana-mana” Ria memegang bahuku. Aku mengangguk pelan.
“Tapi, kalau kamu suka sama orang lain, Kamu jangan pernah lupain Rama. Ingat Rama itu sepupu aku, kamu jangan bikin dia sedih di alam sana” Ancam beby dengan tersenyum.
“Apa-an sih Beb. Ngaco!” komentar Ria. Beby hanya Manyun.
“Iya, Aku akan selalu mencintai Rama kok” ucapku tegas
“ngomong-ngomong, emang siapa yang kamu suka?” tanya Ria. Aku berfikir ‘jawab, tidak, jawab, tidak’
Mereka berdua menunggu jawabanku.
“Cari aja sendiri” ucapku menggoda mereka
“Yeeeaaah” seru Ria dan Beby
Akhirnya Pertunjukan Drama Musical dimulai, setidaknya tugasku sebagai bagian Dekorasi panggung Kelar, tinggal para pemain dan pengisi acara yang unjuk Gigi. Awalnya aku disuruh untuk menjadi pemeran dalam drama, tapi aku langsung menolaknya karena aku tidak PD tampil di depan orang banyak.
“haiiisssh” seseorang menabrak tubuhku, sepertinya dia tergesa-gesa
“Sory” ucapnya
“Ar-juna” aku menatapnya “kamu ngapain disini? Seharusnya kamu duduk di bangu penonton” ucapku. Arjuna tak menggubris ucapanku, dia hanya tersenyum dan berlalu meninggalkanku.
“Selalu” gumamku
“Apanya yang selalu Na?” tanya Beby yang tiba-tiba merangkulku dari belakang. Aku hanya menggeleng. Kemudian kamipun menuju depan panggung.
Kenapa setiap Arjuna tersenyum aku teringat oleh Rama_ Aku mengenal Arjuna cukup lama tapi kenapa aku baru sadar kalau Arjuna mirip dengan Rama. Senyumannya, Sikapnya yang Cuek. Semua terasa Mirip.
Aku, Ria dan Beby berdiri di belakang bangku penonton untuk menyaksikan pertunjukan. Karena kami bagian dari panitia jadi tidak kebagian tempat duduk. Sampai hampir akhir acara kami masih setia berdiri walaupun kakiku sedikit kesemutan.
“Okey, sekarang sambut penampilan terakhir dari Arjuna Cs, berikan tepuk tangan!… wuuuu” ucap si Pembawa acara.
“WOOOOW” seru Ria dan Beby. Aku hanya melongo. Arjuna Cs. Sejak kapan Arjuna punya Band.
“Keren..!” teriak Beby
“Selamat Malam semuanya… lagu ini kupersembahkan untuk seseorang yang membuatku jatuh cinta saat pertama kali aku melihatnya, hari ini, besok, dan seterusnya. Dyana Sastika” ucap Arjunya, sambil menatapku dan memberikan senyuman termanisnya.
“wuuuuuu” riuh teriakan para penonton. Lagu ‘A Thousand Years’ akhirnya dinyanyikan oleh Arjuna Cs.
Akupun hanya dapat tersenyum, menatap sosok yang selalu memberikan senyuman termanisnya. Tanpa sadar aku juga seperti melihat sosok Rama di atas panggung, dia menatapku dengan Tersenyum.
“Na, dia?” tanya Ria, di antara riuhan para penonton yang sangat antusias dengan Arjuna Cs.
Aku hanya mengangguk. Lalu Ria memelukku, Beby yang melihat kami berdua berpelukan ikut-ikutan memelukku.
“Dalam rangka apa nieh kita berpelukan?” ucap Beby. Dasar Beby Lemot. Aku dan Ria hanya tertawa.
Malam semakin larut aku, Ria dan Beby hendak pulang bersama-sama. Namun semua berubah 180o saat Arjuna datang.
“Emmm, kayaknya kita gak bisa pulang bareng deh Na” ucap Ria dengan nada menyesal yang dibuat-buat.
“Lho, memang kenapa?” tanya Beby. Yang tak mengerti maksud Ria.
“udah kita pulang berdua aja, okey beb” Ria menarik Beby, Beby hendak protes tapi Ria menutup mulutnya dan menariknya dengan paksa.
Aku yang melihat ulah Ria tertawa kecil. Tak sadar kalau arjuna sudah berdiri di sampingku.
“Jadi?” ucap Arjuna
“Jadi apanya?” tanyaku pura-pura tak mengerti maksud Arjuna.
Dia malah menggaruk-garuk kepalanya.
“Aku memang tak dapat menggantikan Rama, tapi izinkan aku menemani hari-harimu” ucapan Arjuna membuatku membatu. Dia mengetahui tentangku lebih dari yang kubayangkan.
“Apa tadi Norak?” tanyanya padaku “bikin malu kamu ya?” Aku tersenyum mendengar pertanyaan Arjuna.
“Sedikit bikin malu aku sih” ucapku cuek “tapi itu cukup buat membuktikan perasaanmu”
Arjuna mengangkat alis. “So?”
Aku menghela nafas,
“thanks, aku sangat tersanjung” ucapku kemudian.
Arjuna menarik tanganku dan menggemgamnya. Aku tersenyum padanya.
Akhirnya Kebahagiaanku Utuh kembali. Aku punya Keluarga, Sahabat, Arjuna dan Rama yang akan selalu di hatiku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar